Cari Blog Ini

Selasa, 26 Januari 2021

PT KONTAK PERKASA | Jangan Asal Pindah dari WhatsApp ke Telegram




PT KONTAK PERKASA SURABAYA - WhatsApp sedang jadi kontroversi lantaran aturan privasi barunya,membuat jutaan netizen berduyun-duyun install Signal dan Telegram. Akan tetapi pengamat menyebut jangan semata ikut-ikutan meninggalkan WhatsApp, melainkan harus dengan pertimbangan yang hati-hati.

WhatsApp, Signal, dan Telegram berbeda satu sama lain. Dari soal keamanan, tidak berarti juga WhatsApp adalah yang paling payah. Terutama Telegram dinilai masih patut dipertanyakan apakah merupakan alternatif sepadan bagi WhatsApp di bidang perlindungan pesan.

Pavel Durov sang pendiri Telegram memang mengklaim bahwa WhatsApp tidak aman dan mungkin menyediakan akses pada pemerintah, tapi Telegram pun punya kelemahan.

"Meski Signal memang lebih aman dari WhatsApp, Telegram tidak. Telegram adalah platform yang benar-benar beda, didesain untuk tujuan berbeda," tulis kolumnis teknologi Forbes, Zak Doffman.

Walau Durov mengklaim fitur Secret Chat di Telegram lebih aman secara signifikan dari kompetitor termasuk WhatsApp, ada catatannya. "Telegram tak secara default ada enkripsi end to end dan Secret Chat hanya bekerja antara dua perangkat, tidak di grup dan harus dipilih manual," papar Zak.

Telegram menjadi favorit pemberontak atau malah kaum militan karena data yang disimpan mungkin tak dapat dijangkau otoritas. "(Tapi) secara teknis bisa diakses oleh Telegram dan karyawannya," imbuh Zak yang dikutip dari Forbes, Senin (25/1/2021).

Kemudian dibanding WhatsApp dan Signal, Telegram mengoperasikan banyak grup dan channel sehingga ada unsur media sosialnya. "Aplikasi chat yang menawarkan fungsionalitas lebih dari messaging kadang mengkompromikan privasi demi fitur ekstra," cetus pengamat keamanan siber, Tommy Mysk.

"Telegram menawarkan fitur semacam channel, yang merupakan fitur publik. Ini bikin Telegram lebih sebagai alternatif Twitter ketimbang Signal," tambahnya.

Jika Telegram tak menawarkan penyandian pesan dari sananya, tak demikian dengan Signal dan WhatsApp yang secara default disandi. Zak menyebut tak pernah ada klaim celah kelemahan yang berarti dalam pesan yang dikirim di Signal dan WhatsApp, masalah biasanya terjadi di ponsel pengguna.

Maka jika user menginginkan keamanan, justru WhatsApp memberikannya dengan cukup baik. Hanya saja memang privasi user bisa terganggu dengan beragam aturan baru yang akhirnya ditunda itu.

"Ada alasan jelas user ingin pindah ke alternatif WhatsApp, platform ini mengumpulkan terlalu banyak data dengan Facebook. Tapi satu alasan untuk jangan pindah dari WhatsApp adalah soal keamanan pesannya," sebut Zak.

WhatsApp disebutkannya mempopulerkan penyandian pesan yang hanya dapat dibaca oleh pengirim dan penerima pesan dan sejauh ini, teknologi itu disebut tangguh. Itulah sebabnya berbagai negara terutama negara maju meminta WhatsApp mengizinkan aparat punya akses backdoor.

"Ironinya adalah bahwa jutaan orang yang pindah dari WhatsApp ke Telegram malah menjadi kurang aman, itu bukan opini, itu karena (Telegram) tak punya enkripsi end to end secara default," tulis Zak. PT KONTAK PERKASA

 

Baca juga artikel lainnya
1. Bitcoin ‘Bikin Sakit’, Lebih Baik Pilih Emas | PT KONTAK PERKASA
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KONTAK PERKASA
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KONTAK PERKASA
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KONTAK PERKASA
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KONTAK PERKASA
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KONTAK PERKASA
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KONTAK PERKASA
detik.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar