Cari Blog Ini

Rabu, 27 Januari 2021

PT KONTAK PERKASA FUTURES | Fakta-fakta Virus Nipah yang Diwaspadai Jadi Pandemi Baru di Asia




PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA
- Meski pandemi COVID-19 belum usai, virus Nipah kini dikhawatirkan para ilmuwan jadi pandemi baru di Asia. Ahli virus asal Thailand di Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre tengah mempelajari seberapa besar potensi virus Nipah jadi pandemi berikutnya di Asia.

Dari hasil analisa sampel spesies termasuk kelelawar, ditemukan hewan ini memicu ancaman pandemi baru seperti COVID-19, yaitu virus Nipah. Tingkat kematian virus Nipah pun dilaporkan cukup tinggi berkisar 40 hingga 75 persen.

"Ini sangat mengkhawatirkan karena belum ada obatnya dan tingkat kematian yang tinggi akibat virus ini," katanya dikutip dari BBC.

Dalam daftar WHO soal tinjauan setiap patogen yang memicu kedaruratan kesehatan masyarakat, virus Nipah masuk ke dalam 10 besar daftar tersebut. Apa saja yang perlu diketahui soal virus Nipah? Berikut fakta-faktanya:

1. Gejala virus Nipah
Virus Nipah sudah pernah terjadi di Malaysia pada tahun 1998, dan di India 2018 lalu. Dikutip dari laman resmi WHO, wabah ini juga sempat menyebar ke Singapura dan setidaknya 100 orang dinyatakan meninggal dunia.

Gejala virus Nipah pada umumnya muncul dalam 4-14 hari usai terinfeksi. Ada gejala awal yang muncul termasuk demam dan sakit kepala, yang bisa berlangsung 3-14 hari.

Namun, di beberapa kasus gejala virus Nipah bisa memburuk hingga pasien mengalami koma dalam rentang wkatu 24-48 jam.

Berikut gejala virus Nipah, dikutip dari laman resmi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (AS).

Gejala ringan:

Demam
Sakit kepala
Batuk
Sakit tenggorokan
Muntah
Gejala parah:

Sulit bernapas
Kejang
Koma
Pembengkakan otak (ensefalitis)
Kematian
2. Penularan virus Nipah
CDC menyebut seseorang bisa tertular virus Nipah dari cairan seperti darah, uruin, dan air liur hewan yang terpapar virus Nipah. Selain itu, ada kemungkinan penularan virus Nipah terjadi antarmanusia seperti kasus yang dilaporkan antara keluarga dan perawat pasien yang terpapar.

"Kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar atau babi, atau cairan tubuh mereka," tulis CDC.

Virus Nipah juga bisa ditularkan dari makanan yang terkontaminasi cairan hewan yang terinfeksi. Seperti buah-buahan atau kurma yang terkena air liur atau air seni kelelawar pembawa virus Nipah.

"Beberapa kasus infeksi NiV juga dilaporkan terjadi pada orang yang memanjat pohon tempat kelelawar sering bertengger," ujar CDC.

3. Virus Nipah belum ada obatnya
Belum ada obat resmi yang spesifik ditujukan untuk seseorang yang terpapar Virus Nipah. Selama ini perawatan pada pasien hanya untuk meredakan gejala yang muncul.

Meski begitu, menurut CDC, perawatan imunoterapi tengah dikembangkan dan dievaluasi untuk pengobatan pasien virus Nipah. Selain itu, remdesivir juga disebut memiliki kemungkinan efektif bekerja pada pasien virus Nipah, dilengkapi dengan pengobatan imunoterapi.

Obat ribavirin juga digunakan untuk mengobati sejumlah kecil pasien pada awal virus Nipah menyebar di Malaysia, tetapi seberapa manjur obat tersebut masih belum jelas.

4. Cara cegah virus Nipah
Tak jauh berbeda dengan cara mencegah tertular COVID-19, CDC menyarankan untuk sebisa mungkin rutin mencuci tangan dengan sabun dan air. Namun ada beberapa pencegahan spesifik yang perlu dilakukan seperti berikut.
- Mencuci tangan teratur dengan sabun dan air
- Hindari kontak dengan kelelawar atau babi yang sakit
- Hindari area tempat kelelawar biasanya bertengger
- Hindari konsumsi kurma mentah
- Hindari konsumsi buah-buahan yang mungkin terkontaminasi oleh kelelawar
- Hindari kontak dengan darah atau cairan tubuh siapa pun yang diketahui terinfeksi NiV (virus Nipah)

5. Asal-usul nama virus Nipah
Asal-usul nama virus Nipah diambil dari kasus pertama di Malaysia 1998 silam. Virus yang ditularkan oleh kelelawar ini ditemukan di Kampung Sungai Nipah, Malaysia.

Virus Nipah merupakan jenis virus RNA dan bagian dari keluarga Paramyxodivae, salah satu patogen penyakit zoonotik (bersumber dari hewan) yang berbahaya. Penyakit ini juga mudah menular ke hewan, terutama babi di peternakan. Kontak dengan babi yang tertular penyakit ini dari kelelawar juga bisa menyebabkan infeksi. PT KONTAK PERKASA FUTURES

 

Baca juga artikel lainnya
1. Bitcoin ‘Bikin Sakit’, Lebih Baik Pilih Emas | PT KONTAK PERKASA FUTURES
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KONTAK PERKASA FUTURES
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KONTAK PERKASA FUTURES
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KONTAK PERKASA FUTURES
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
detik.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar